Senin, 24 Juni 2013

Berbagai Bahan Cemaran yang Berbahaya Bagi Tubuh Melalui Makanan


A.  Pencemaran makanan melalui fisik dari benda/bahan lain
Bahaya fisik adalah bahaya karena adanya cemaran fisik seperti pecahan gelas, pecahan logam, kerikil, bagian tubuh serangga, rambut, staples, klips, paku, dan benda asing lainnya. Bahaya fisik ini merupakan jenis bahaya yang mudah dilihat oleh mata. Bahan pangan atau makanan yang kotor karena tercemar benda-benda asing seperti pecahan gelas, potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku, sisik dan sebagainya.  Makanan yang dibungkus plastik atau daun dengan menggunakan stapler beresiko bahaya fisik, karena stapler yang terlepas dapat masuk ke dalam makanan tanpa diketahui.


Salah satu contoh yang biasa terjadi pada masyarakat seperti gado-gado yang ada karet didalamnya, terdapat rambut didalam mie baso yang sedang dikonsumsi, melihat penjual gorengan yang dengan cuek memasukkan kembali potongan tahu mentah yang sudah jatuh dan berlumur tanah. Benda asing seperti rambut, kuku, perhiasan, serangga mati, batu atau kerikil, potongan kayu, pecahan kaca dan lain sebagainya bisa masuk kedalam makanan apabila makanan dijual di tempat terbuka dan tidak disimpan dalam wadah tertutup; penjual mengenakan perhiasan tangan atau kantong pakaiannya berisi uang logam atau bahan lain yang berpeluang jatuh kedalam makanan atau kecerobohan penjual selama menangani makanan dan bahan pangan. Benda asing seperti gelas dan logam dapat mencederai secara fisik misalnya gigi patah, tercekik, melukai kerongkongan dan saluran pencernaan. Benda asing lainnya bisa menjadi pembawa mikroba berbahaya kedalam makanan dan menyebabkan keracunan makanan.
B.  Pencemaran makanan melaui bahan kimia (alami & lainnya)
·         Kimia Alami
Bahaya kimia adalah bahaya yang disebabkan oleh bahan kimia beracun baik yang secara alami ada dalam makanan maupun cemaran kimia lain. Jadi, ada dua macam sumber bahaya kimia, yakni racun alami dan cemaran kimia. Racun alami adalah bahaya kimia yang secara alami terdapat dalam bahan makanan dan dapat menyebabkan keracunan bila terkonsumsi, misalnya racun singkong (asam sianida/HCN), racun jengkol (asam jengkolat), dan lain-lain. Cemaran kimia adalah bahaya kimia yang berasal dari bahan kimia beracun, misalnya residu pestisida, penyalahgunaan formalin dan boraks untuk pengawet makanan serta pewarna tekstil Rhodamin B dan Methanil yellow untuk pewarna makanan. 
  Keracunan makanan bisa terjadi akibat racun secara alamiah terdapat dalam makanan itu sendiri, keracunan seperti itu  terjadi karena kelalaian atau ketidaktahuan masyarakat yang mengkonsumsinya, misalnya keracunan singkong karena adanya asam sianida (HCN) yang pada dosis tertentu bisa menyebabkan kematian. Singkong yang dikonsumsi tidak dicuci dengan benar atau tidak sempurna pengolahannya. Demikian juga dengan keracunan jengkol  karena adanya kristal asam jenkolat yang bisa menyumbat saluran air seni apabila kandungan jengkolat yang terakumulasi dalam tubuh. 
·         Kimia buatan/lainnya
Pencemaran makanan oleh bahan kimia tersebut dapat terjadi melalui beberapa cara, antara lain : penyemprotan pestisida secara berlebihan pada sayuran dan buah, penggunaan air sungai yang sudah tercemar oleh logam berat dari limbah industri kimia, bahan makanan yang telah ditumbuhi jamur, seperti kacang tanah yang ditumbuhi jamur  Aspergillus flavus sehingga menghasilkan racun aflatoksin, proses pengolahan makanan yang salah seperti pada tempe bongkrek timbul racun bongkrek.
  Kontaminasi karena bahan kimia sering terjadi karena kelalaian atau kecelakaan , seperti meleltakkan pestisida dengan bahan makanan, kelalaian dalam pencucian sayuran atau buah-buahan sehingga sayur atau buah-buahan tersebut masih mengandung sisa pestisida dan kelalaian memasukkan bahan kimia yang seyogyanya dipakai untuk kemasan dimasukkan ke dalam makanan.  Bahan kimia yang terdapat dalam bahan makanan dengan kadar yang berlebih akan bersifat toksik bagi manusia. Beberapa zat yang sering menimbulkan keracunan manusia adalah :
1.  Zinc, terdapat pada perlatan dapur akan mengalami reduksi bilakontak
dengan bahan makan yang bersifat asam. 
2.  Insektisida,  keracunan ini terjadi karena mengkonsumsi makanayang
masih mengandung residu pestisida, seperti pada syran dan buah buahan.
3.  Cadmium, keracunan ini bisa terjadi karena Cd yang terdapat pada
peralatan dapur dengan kontak dengan makanan yang bersifat asam. 
4.  Antimonium, berasal dari perlatan dapur yang dilapisi dengan email
kelabu murahan.
Penambahan aditif pada bahan pangan juga sering menimbulkan pencemaran pada makanan. Zat aditif bahan makanan biasanya digunakan secara sengaja , zat tambahan tadi dapat menyebabkan makanan lebih sedap, tampak lebih menarik, bau dan rasa lebih sedap, dan makanan lebih tahan lama (awet) , tetapi karena makanan tersebut dapat berbahaya bagi manusia maka disebut zat pencemar.
  WHO mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut : (1). Aman digunakan, (2). Jumlahnya sekedar memnuhi kriteria pengaruh yang diharapkan, (3). Sangkil secara teknologi, (4). Tidak boleh digunakan untuk menipu pemakai dan jumlah yang dipakai haruslah minimal.
Pemakaian zat tambahan yang aman digunakan merupakan pertimbangan
yang penting , walaupun tidak mungkin untuk mendapatkan bukti secara mutlak bahwa suatu zat tambahan yang digunakan secara khusus tidak toksik bagi semua manusia dalam semua kondisi, paling tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis, farmakologis, dan biokemis pada binatang percobaan yang diusulkan dapat dipakai sebagai dasar yang beralasan bagi penilaian pemakaian suatu  zat tambahan pada bahan makanan.
Logam berat merkuri, timbal, kadmium, arsen, tembaga, seng dan timah. Dari air yang tercemar, alat masak/pengemas yang mengandung logam berbahaya & mengalami pengikisan permukaan, pewarna tekstil, udara yang tercemar oleh gas & debu knalpot kendaraan bermotor.
C.  Pencemaran makanan melalui mikrobia & biologis
Bahaya biologis adalah bahaya berupa cemaran mikroba (bakteri, virus, parasit) atau sering kita kenal dengan nama kuman. Beberapa tempat yang disenangi kuman, antara lain :  makanan mentah terutama daging mentah, unggas, ikan; makanan yang kotor (termasuk wadahnya); manusia melalui tangan kuku, hidung, saluran pencernaan, mulut; hama seperti lalat, tikus, serangga; binatang yang sakit; dapur, mesin, atau peralatan kerja yang kotor.
Mikroba terutama bakteri yang bersifat patogen dapat ditemukan di mana saja, di tanah, air, udara, tanaman, binatang, bahan pangan, peralatan untuk pengolahan bahkan pada tubuh manusia. Pangan membawa berbagai jenis mikroba, yang dapat berasal dari mikroflora alami tanaman atau hewan, baik yang berasal dari lingkungan maupun yang masuk selama pemanenan atau penyembelihan, distribusi, penanganan pascapanen, pengolahan, serta penyimpanan produk.
Pertumbuhan mikroba terjadi dalam waktu singkat dan pada kondisi yang sesuai, antara lain tersedianya nutrisi, pH, suhu, dan kadar air bahan pangan. Kelompok mikroba pembusuk akan mengubah makanan segar menjadi busuk bahkan dapat menghasilkan toksin (racun), yang kadang-kadang tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan atau kerusakan fisik (bau busuk kurang nyata) sehingga bahan pangan tetap dikonsumsi.
Cemaran mikroba pada produk segar dapat terpapar melalu beberapa sumber. Sumber sumber cemaran mikroba pad produk segar, antara lain : Lahan, air irigasi, pupuk kandang yang tidak cukup dikompos, kebersihan pekerja yang tidak layak, pelatan pemanenan, kontainer transportasi, penanganan yang tidak bersih selama sortasi dan pengemasan di rumah kemasan, peralatan perendam pengepak dan pemotong, es dari sumber air yang tidak bersih, transportasi dan kondisi penyimpanan yang tidak tepat.
Makanan yang disukai manusia pada  umumnya disukai oleh mikroorganisme  seperti virus, bakteri dan jamur yang menyerang bahan makanan yang mentah seperti pada sayuran, buah-buahan, susu, daging, dan banyak makanan yang sudah dimasak seperti nasi. Roti, kue dan lauk pauk.
  Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan kelezatannya bahkan makan yang telah mengalami penguraian dapat menyebabkan sakit bahkan kematian. Bakteri  yang tumbuh di dalam makanan mengubah makanan tersebut menjadi zat organik yang berkurang energinya. Populasi mikroba pada berbagai jenis bahan pangan umumnya sangat spesifik, tergantung dari jenis bahan pangannya, kondisi lingkungan dan cara penyimpanannya dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan adalah berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut.
D.  Cara menghindari bahaya dalam makanan
·         Untuk menghindari bahaya biologis, jauhkan atau lindungi bahan pangan atau makanan dari cemaran mikroba, misalnya dengan cara melindungi (menutup) bahan pangan atau makanan dari serangan hama seperti lalat, kecoa, tikus dan binatang pembawa penyakit lainnya. Memilih bahan pangan yang bermutu baik adalah suatu cara yang paling utama dalam menghindari bahaya biologis.
·         Untuk menghindari bahaya kimia, jauhkan atau lindungi bahan pangan dari cemaran kimia, misalnya dengan mengolah pangan di tempat yang jauh dari sumber pencemaran seperti tempat penyimpanan pupuk, insektisida, oil dan sebagainya. Menggunakan bahan pangan yang bersih bebas pestisida adalah cara lainnya untuk menghindar dari bahaya kimia.
·         Untuk menghindari bahaya fisik, gunakan hanya bahan yang sudah bersih dari kerikil, dan/atau cemaran fisik lainnya. Sortasi dan mencuci adalah tahap-tahap pengolahan yang baik untuk menghindari bahaya fisik.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar